FALS

FALS
BERSATULAH OI TANGSEL

Minggu, 21 Februari 2010

album "keseimbangan 2010" iwan fals


Satu lagi kepedulian tentang alam disuarakannya melalui album terbaru dihadapan Fansnya malam itu leuwinanggung sabtu 20Februari 2010 , ..ga seperti biasanya acara panggung kita yang selalu gemuruh dibarengi acara pelepasan album terbaru Iwan Fals yang di beri titel "keseimbangan" dari 12 lagu didalam album itu ada 4 buah lagu yang menyuarakan tentang keprihatinan dan seruannya untuk merawat pada alam : HUTANKU ,POHON UNTUK KEHIDUPAN,TANAM SIRAM TANAM ,AYOLAH MULAI yang menarik dalam lagu HUTANKU lirik ini ditulis langsung oleh Mantan menteri Kehutanan Bapak MS Kaban yang malam itu turut menyaksikan konser peluncuran Album Keseimbangan ,entah apa atau sebuah keluwesan ..abang kita yang sekarang sudah ingin bergaul dengan birokrasi atau mantan birokrasi yang pasti dalam album keseimbangan ...abang sudah semakin bijak saja dalam menyuarakan protes protes nya tentang kerusakan hutan di indonesia .........aku bangga jadi Orang Indonesia ........buka baju aja bisa hidup "ucapnya , sambil membandingkan negara yang mempunyai 4 musim . selain lagu lagu tentang kepedulian pada hutan dan kelestariannya ada satu lagu agak protes " sepak bola " yang sekarang semakin carut marut baik dalam kepengurusan maupun rekruitmen pemain ....sambil berucap ".....P..S..S...I Gila !!! pemain Nasional ko maen di Tarkam .........heheheheheh

Jumat, 05 Februari 2010


Perjalanan panjang dan pengorbanan yang tak kenal lelah itu semakin terasa pada satu titik pencapaian jiwa bersama memutihnya rambut dikepala , kebijaksanaan dan berfalsafah yang semakin menyejukkan rasa demi hidup ,diraihnya ajaran makna hidup terdalam dalam satu perjalana kehidupan yang memang tak ada yang pernah mulus "kemelekatan " yang pernah dimiliki kita dan merasa memiliki bila diambil oleh sang Pencipta memang bisa membuat diri GOYAH bagai kehilangan rasa ......hati memang selalu bertanya "kenapa harus saya ...yang kehilangan ....? baik itu anak, istri ,atau jabatan sekalipun berikut harta .Sebaiknya kita manusia memang harus mundur satu langkah tuk introspeksi diri baru setelah kenal diri berusaha maju delapan langkah untuk tidak selalu teraniaya oleh" kemelekatan "

OI....OOOOOI bang Iwan fals......yang limabelas tahun lalu selalu meledak ledak dengan segala ocehat yang bisa memerahkan telinga penguasa .....yang pergi setelah konser MATA DEWANYA tak dibolehkan kekota kota karna di parkir timur membuat Terbakarnya emosi ribuan FANS mu kini kembali dengan segala KEBIJAKSANAAN BERFIKIR bersama memutihnya rambut di kepala namun ku yakin .....PROTES ...PROTES SOSIALMU tak kan pernah padam dan pudar .

sekelumit tentang tanggapan saya mengenai " SUHU "

Kamis, 04 Februari 2010

HUTAN KITA SDAH LAMPU MERAH ........"BERPIJAK YANG BIJAK"



Jakarta, Indonesia — “Ketika pohon terakhir sudah kita tebang, ketika sungai terakhir sudah tercemar dan ketika ikan yang terakhir sudah ditangkap,pada saat itu kita baru akan sadar bahwa uang tak bisa kita makan.” Kalimat itu dengan lantang diteriakkan Iwan Fals, dalam konsernya bertajuk “Berpijak yang Bijak” di kediamannya, Leuwinanggung, Jawa Barat Sabtu (25 April) lalu.

Seruan itu langsung disambut gegap gempita oleh sekitar 1.500 penggemar Iwan Fals, yang memadati konser.

Iwan Fals, penyanyi legendaris Indonesia, beberapa waktu belakangan ini memang rutin mengadakan konser khusus untuk para penggemarnya setiap bulan. Tetapi konser kali ini berbeda dengan konser-konser sebelumnya.

Karena di konser kali ini, Iwan Fals khusus membawakan lagu-lagu bertema penyelamatan lingkungan. Tema ini sengaja dipilih untuk merayakan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April. Maka, sangat beralasan jika dalam konser kali ini Iwan Fals menggandeng Greenpeace yang menurutnya punya komitmen sangat kuat dalam penyelamatan lingkungan.

Bahkan sebelum konser, panitia menyediakan waktu khusus bagi Bustar Maitar, juru kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, untuk langsung memberikan pesan-pesan kepada para penonton.

“Hutan kita sedang dihancurkan. Kita harus melakukan sesuatu, kita harus mendesak pemerintah untuk melakukan langkah nyata untuk menyelamatkan hutan,” seru Bustar yang langsung disambut riuh oleh para penonton.

Bukan itu saja! Iwan Fals memberikan dukungan pada Greenpeace secara nyata, dengan membubuhkan cap tangannya pada Petisi Greenpeace “Stop Penghancuran Hutan”.

Meski sekitar 20 lagu bertema lingkungan itu bukan lagu-lagu komersial yang dikenal secara luas, ribuan penonton tetap antusias mengikuti lagu-lagu yang dinyanyikan pria kelahiran 3 September 1961 ini.

Konser dibuka dengan lagu “Hadapi Saja.” Lagu ini sengaja dinyanyikan Iwan sekaligus untuk memperingati 12 tahun kepergian putra sulungnya, Galang Rambu Anarki. Kemudian Iwan dengan tegas menyatakan sikapnya terhadap penebangan hutan saat membawakan lagu ”Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi.” Di lagu inilah Iwan juga menyampaikan pesan dari Greenpeace: ”Hutan tidak hilang dengan sendirinya. Hutan sedang dihancurkan. Hentikan sekarang juga!”

“Hutan Sumatera sudah habis, pindah ke Kalimantan. Kalimantan habis, kini pindah ke Papua. Kalau hutan di Jawa sudah habis sejak lama. Tak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali menanam dan menghentikan penebangan hutan!,” ajak Iwan Fals dari atas panggung.

Dalam konser kali ini, penyanyi Dewi Sandra tampil sebagai bintang tamu. Membuka duet dengan Iwan dengan lagu “Kupu-Kupu Hitam Putih”, dilanjutnya dengan lagu “Nyanyianmu”, kemudian lagunya sendiri, “Tak Ingin Lagi”.

Usai konser, Iwan Fals bersama Dewi Sandra kembali menegaskan komitmennya dalam upaya penyelamatan hutan. Bahkan Iwan bersikap tegas soal penebangan hutan. “Saya dan pak Kaban (Menteri Kehutanan) bersahabat dekat. Tetapi mohon maaf, dengan segala hormat saya sampaikan kepada Beliau: stop penebangan hutan! Biarkan hutan kita bernafas paling tidak 5-10 tahun. Dalam hal ini saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh kawan-kawan Greenpeace melalui petisinya.”

Untuk upaya penyelamatan hutan, di akhir percakapan dengan wartawan Iwan menegaskan ia akan tetap berjuang dengan caranya selama ini, melalui lagu-lagunya. “Kalau untuk masalah teknis, kawan-kawan di Greenpeace lebih tahu, lah.” ujarnya menutup pembicaraan.


"Protes Sosial ‘Pengamen Jalanan"


Iwan Fals



Virgiawan Listianto yang populer dengan nama Iwan Fals dikenal sebagai ‘wakil rakyat’ yang lantang menyuarakan seruan hati para wong cilik. Sepanjang karirnya selama kurang lebih 20 tahun di dunia musik ia telah terbukti memiliki kelompok penggemar khusus yang dekat dengan kemiskinan, ketidakadilan dan pengangguran. Lagu-lagunya kerap dihubungkan dengan protes-protes sosial seperti pernah terkenal lewat Oemar Bakrie (1981) dan Bento (1991).

Nama besar yang disandangnya saat ini dicapainya setelah melalui jalan penuh kerikil dan berdebu di bawah hujan dan terik matahari dalam komunitas ‘pengamen jalanan’. Pria yang diberi julukan “Pahlawan Besar Asia” menurut majalah Time Asia edisi 29 April 2002 ini mengalami banyak perubahan selama enam tahun terakhir.

Kepergian anak pertamanya, Galang Rambu Anarki (almarhum), April 1997, seorang gitaris yang baru saja meluncurkan album perdananya di usia 15 tahun, membuatnya semakin menghargai posisinya sebagai seorang ayah yang harus menjaga, mendidik, dan memelihara anak-anaknya. Rasa cintanya kepada dua anaknya, Annisa Cikal Rambu Basae dan Rayya Rambu Robbani, adalah pengobar semangat di usianya yang kini sudah berkepala empat.

Iwan Fals yang pernah memperoleh Juara II Karate Tingkat Nasional, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik) sehari-harinya dipanggil Tanto. Ia lahir pada 3 September 1961 di Jakarta dalam keluarga besar yang taat beragama. Dari sembilan bersaudara, empat meninggal dunia. Semenjak kecil Iwan sering diajak ibunya, Lies Haryoso, mengikuti berbagai kegiatan sosial. Kini, ibunya masih aktif mengurusi sebuah yayasan sosial miliknya yang menampung anak-anak tidak mampu dan menyantuni orang-orang jompo. Yayasan sosial `Hairun Nissa' yang didirikannya tahun 1986, kini menyantuni 213 anak dalam panti, 90 anak non panti, dan 313 orang tua jompo.

Semenjak kecil Iwan sudah berjiwa sosial dan sangat perhatian kepada teman-temannya. Itu semua terbukti ketika Iwan dengan murah hati memberikan pakaian yang dia pakai dan sepatu baru yang harganya mahal kepada temannya yang membutuhkan.

Meskipun cerdas, di sekolah Iwan biasa-biasa saja karena waktunya habis untuk mengembangkan bakat seninya dalam mencipta lagu, memainkan gitar, harmonika dan piano.

Menginjak usia 13 tahun, Iwan mulai mengamen di Bandung. Sama seperti anak SMP lainnya, Iwan suka memperhatikan teman-temannya yang sering memainkan gitar sembari nongkrong menghabiskan waktu. Tidak mau kalah dengan temannya, Iwan mulai belajar gitar sedikit demi sedikit. Suatu kali ia pernah mencoba memainkan gitar temannya, namun bukan pujian yang diterima melainkan omelan karena senar gitar itu dibuatnya putus.

Gitar seakan-akan sudah menjadi sahabat yang tak terpisahkan bagi Iwan. Bahkan ketika ia bersekolah di KBRI, Jedah, Arab Saudi, selama 8 bulan, gitar menjadi teman penghibur di kala sepi datang menghadang. Dalam perjalanan pulang dari Jedah ketika musim haji, Iwan mendapat pengalaman yang unik. Seorang pramugari mengajarinya menyanyikan lagu Blowing in the Wind Bob Dylan dan membantu menyetem gitarnya yang fals.

Karena ingin tampil beda dan menarik perhatian teman-temannya yang suka memainkan lagu-lagu Rolling Stones, Iwan yang juga menjadi pemain gitar di vokal grup sekolahnya SMP 5 Bandung mencoba mengarang lagu sendiri. Ia membuat lagu yang liriknya lucu, bercanda, bahkan mengutak-ngatik lagu orang. Ulahnya ini tentu membuat teman-temannya tertawa terpingkal-pingkal.

Bersama Engkos, manajernya yang berprofesi sebagai tukang bengkel sepeda motor, Iwan mulai menyanyi di berbagai acara hajatan, kawinan atau sunatan. Kesibukan barunya dengan gitar sembari mencari teman dan memperluas pergaulan membuat ia sering membolos lalu pindah sekolah. Lagu Iwan sempat direkam dan diputar di Radio 8 EH namun radio ini akhirnya dibredel.

Waktu terus berjalan sementara lagu-lagu Iwan mulai terkenal, tidak hanya di Bandung tetapi juga di Jakarta. Karena tertarik dengan ajakan seorang produser, Iwan yang masih bersekolah di SMAK BPK Bandung, pergi ke Jakarta bersama teman-temannya dari Bandung, yakni Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam kelompok Ambradul untuk masuk dapur rekaman dengan bekal uang hasil penjualan sepeda motor Iwan. Namun, penjualan album tersebut kurang sukses di pasaran.

Setelah rekaman ini, Iwan kembali mengamen dan ikut berbagai festival. Ia sempat menjuarai festival musik country lalu mengikuti festival lagu humor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor Iwan direkam dan diproduseri oleh Handoko di bawah bendera perusahaan ABC Records. Dalam rekaman ini Iwan ditemani oleh Pepeng (pembaca acara kuis Jari-jari), Krisna, dan Nana Krip. Album ini pun bernasib sama dengan album rekaman sebelumnya yang hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak muda.

Rupanya pintu kesempatan belum tertutup bagi Iwan. Setelah sempat rekaman sekitar 4-5 album, nama Iwan akhirnya melejit di tangan Musica Studio yang kemudian menghasilkan album-album karyanya, seperti Sarjana Muda, album solo perdananya, yang aransemen musiknya dimotori oleh Willy Soemantri, album 1910, album Mata Dewa, yang meledak di pasaran. Walaupun nama Iwan Fals sebagai penyanyi dan musisi semakin populer, banyak orang hanya tahu nama namun tidak kenal wajah karena Iwan baru masuk televisi setelah tahun 1987 padahal rekaman pertamanya dilakukan tahun 1979, waktu itu usianya masih 18 tahun.

Meskipun sudah masuk dapur rekaman dan albumnya diterima oleh pasar, Iwan diam-diam masih mengamen dari rumah ke rumah, acara hajatan dan sunatan, sembari sekali-sekali di Pasar Kaget, Blok M karena ia harus menghidupi keluarganya. Ia juga sekali-sekali memanfaatkan mobil colt abu-abu miliknya untuk menarik penumpang sepulang dari studio.

Pada awal 1982, isteri Iwan, Rosana, melahirkan anak pertama, Galang Rambu Anarki di tengah keadaan ekonomi yang sedang sulit. Meskipun demikian, Iwan tetap bersyukur dengan membuat lagu khusus berjudul Galang Rambu Anarki sama dengan nama anaknya. Selama 3 tahun selanjutnya Iwan masih mengamen. Baru tahun 1985, setelah anak keduanya lahir, Anissa Cikal Rambu Basae, Iwan memutuskan berhenti total dari mengamen.

Di masa Orde Baru, lagu-lagu Iwan sempat dicekal dan ia dilarang melakukan pertunjukan di beberapa daerah. Pada 1984 ia mendapat masalah karena lagunya yang berjudul Mbak Tini. Lagu ini berkisah tentang Mbak Tini, seorang pelacur yang membuka warung kopi di pinggir jalan dan mempunyai suami bernama Soeharto, seorang supir truk. Oleh pihak yang berwenang waktu itu, lagu tersebut dianggap menghina presiden RI, Soeharto. Akibatnya, Iwan terancam bakal masuk penjara. Padahal, menurut Iwan, lagu tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan Soeharto dan istrinya, (mendiang) Tien Soeharto.

Dalam mencipta lagu, Iwan mendapat inspirasi dari koran, televisi, keadaan sekitar dan alam. Saat rezim Orde Baru menghadapi detik-detik ketumbangannya, misalnya, ia membuat lagu berjudul Kamu Sudah Gila, Apa Kamu Sudah Jadi Tuhan? Sedangkan lagunya Belalang Tua diilhami oleh seekor belalang yang bergayut di selembar daun selama berhari-hari di kebun miliknya.

Setelah album Orang Gila (1993), Iwan, yang sempat kuliah di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (sekarang Institut Kesenian Jakarta) menghilang selama kurang lebih 10 tahun dari hingar bingar industri rekaman. Dalam kurun waktu itu, Iwan bergabung dengan berbagai kelompok, yakni Swami, Dalbo, Kantata Takwa, dan Kantata Samsara. Kolaborasinya itu melibatkan beberapa musisi dan budayawan ternama, seperti Setiawan Djody, Sawung Jabo, WS Rendra, dan Jocky Suryoprayogo.

Iwan juga melakukan beberapa kerjasama di luar kelompok tersebut, di antaranya melahirkan album Anak Wayang (bersama Sawung Jabo), Terminal dan Orang Pinggiran (bersama Franky Sahilatua), serta Mata Hati (bersama Bobby Erres). Baru pada tahun 2002, Iwan mengeluarkan album berjudul Suara Hati, sebuah album comeback yang betul-betul merupakan hasil karyanya bersama grupnya.

Pada 18 Juni 2003 yang lalu, Iwan bersama isterinya, Mbak Yos, yang juga merangkap sebagai manajernya baru saja melempar album baru di bawah bendera Musica Studio berjudul Iwan Fals: In Collaboration With, yang kebanyakan berisi lagu-lagu cinta. Dari 10 lagu, kecuali Rinduku karya Harry Roesli, lima lagu lainnya dibuat oleh pencipta-pencipta lagu muda, yaitu Pongky "Jikustik" (Aku Bukan Pilihan), Eross "Sheila on 7" (Senandung Lirih), Piyu "Padi" (Sesuatu yang Tertunda), Azis MS "Jamrud" (Ancur) dan Kikan "Cokelat" (Sudah Berlalu) sedangkan empat lagu lainnya, diambil dari album Suara Hati, yaitu Kupu-kupu Hitam Putih, Belalang Tua, Suara Hati dan Hadapi Saja yang semuanya diaransemen ulang.