Kenangan Nyonya Lis mengenai Iwan
Fals , yang masa kecilnya dipanggil Tanto.
Tanto selalu menangis setiap
suara adzan bergema,yang waktu itu usianya baru tiga bulan
Kebetulan saat itu rumah kami
memang dekat masjid,jadi kalau ada orang adzan pasti terdengar ,semula saya
pikir dia hanya kaget saja tapi setelah saya perhatikan ,lama lama
ko bener dia selalu menangis
sesegukkan dikala adzan bergema. Sejak itu
saya mempunyai harapan besar terhadap anak itu.
Sebuah
rumah yang terletak di jalan Masjid al Barkah no 45 dibilangan Tebet Jakarta selatan inilah Haryoso dan Lies
tinggal , dikaruniai empat orang anak , keluarga ini bisa dibilang berkecukupan
, apalagi Haryoso adalah seorang Perwira Tinggi , tentu urusan ekonomi keluarga
itu berkecukupan.
Tahun
1961 ,tanggal 3 september , Haryoso dan Lies di karuniai seorang putra yang
diberi nama Virgiawan Listanto dengan panggilan sehari hari Tanto , dikalangan
keluarga Tanto dibilang pendiam sekaligus bisa menjaga nama baik keluarga .
Tanto
kecil dimasa anak anak sdah terbiasa hidup dalam situasi social dimana
ibundanya mempunyai banyak anak asuh , mereka dianggap adik adiknya sendiri
mungkin sentuhan dan lingkungan seperti ini yang membentuk karakter Tanto
menjadi peka pada persoalan manusia .
Dia
tak banyak omong , bahkan kalau ngomong berhadapan dengan ibunya .Tanto tak mau
menatap ibunya , dia lebih banyak menunduk dari pada bertatapan, dia begitu
sangat menghargai ibunya , dihadapan sang ibu dia tidak berani berkata tidak
walau mungkin hatinya mengatakan tidak tapi tak pernah terucap.
“ribuan
kilo jalan yang kau tempuh
lewati
rintang untuk aku anakmu
ibuku
saying masih terus berjalan
walau
tapak kaki penuh darah ,penuh nanah
seperti
udara kasih yang kau berikan
tak
mampu ku membalas…ibu…ibu “
cukilan lirick satu lagu …Tanto yang sekarang sering
kita kenal Iwan Fals sangat jelas begitulah Ibu dihatinya …………
Tujuh
tahun berselang 1968 , Tanto masuk
Sekolah Dasar, tak lama kemudian dikirim ibunya ke Arab Saudi tepatnya di
Jeddah ia ikut KBRI selama sembilan bulan karena merasa tak betah akhirnya ia
pulang ketanah air . dia di Jedaah diangkat anak oleh seorang Familli dari
Ibundanya . dalam dunia olah raga Tanto sangat mennyukai SEPAK BOLA dan KARATE .
pernah satu kali dia menjuarai tingkat SD se DKI kejuaraan Azdan , “ kalau azdan suaranya enak
didengar , ia sangat meresapi “ puji Ibundanya satu ketika
Pelajaran
agama Islam memang ditanamkan kuat oleh ibunya kepada anak anaknya termasuk
Tanto ,ibunya sengaja memanggil guru untuk memberi pelajaran mengaji gurunya
waktu itu bernama Al-Faridzi
Harapan
Ibu dan ayahnya Tanto menjadi Insinyur Perminyakan , menjelang dewasa Tanto
mulai jauh dengan ayahnya dia mulai
enggak cocok , tapi jika ada masalah dia selalu mengadu pada ayahnya dulu. Baru
ayahnya cerita pada ibunya , bagi Nyonya Lies dalam diri Tanto tidak ada yang namanya protes
atau marah .Kalau tidak ada yang disetujuinya ea langsung nyelonong pergi .Tak
banyak omong malah kalau tak perlu .dia tidak omong sama sekali .
Tanto
lebih suka menjauh dari orang tuanya dalam artian mungkin untuk hidup mandiri
dan tak mau terlalu terikat dengan banyak peraturan untuk itu di tahun 1970
tanto mulai sekolah SMP di kota kembang dimana kelak Kota ini sebagai cikal
bakal masuk ke dunia seni SMP V BANDUNG disini Tanto bersekolah , satu hal mungkin
Tanto dalam menginjak dewasa ingin menghirup udara bebas tanpa ada sesuatu yang
mengekangnya , di bangku SMP boleh dibilang sekolahnya ga beres sampai dia
dipindahkan Ke kota Gudeg Jogya dan akhirnya Ke Bandung lagi .
Walau
belum begitu menguasai acoord gitar yang bagus Tanto sdah mulai menciptakan
lagu sendiri, lagu pertama nya di beri
judul AKU DAN SEKOLAH , lagu ini bercerita tentang seorang murid dan
gurunya , waktu itu Tanto bersimpatik dengan salah satu murid wanita teman
sekolahnya , karna satu hari seorang murid wanita ini bersekolah dengan
dadandanan yang mencolok dan bergincu murid ini kena damprat gurunya, Maka
disuruhnya murid ini mengambil air di ember untuk dibawa kekelas didepan teman
temannya ibu guru tadi membersihkan dandannan murid wanita tadi sambil mengomel
,hingga murid wanita itu tersipu malu hingga meneteskan air mata menerima
perlakuan begitu dari ibu gurunya , pada mulanya AKU DAN SEKOLAH berisikan sindiran tentang kesewang wenangan ibu
guru dalam menghukum muridnya
“selamat
malam kota
kembang , dengan penontonnya yang auzubillah syetan “ cukilan lirick ini adalah
salah satu lagu yang tak dikasetkan yang diberi judul SITI SANG BIDADARI
Kota
Bandung sebagai awal mulainya ngamen …umur 13 tahun Tanto mulai mengamen di Bandung , alasannya
mudah saja sebagai anak muda pingin beli rokok .pingin ngeceng juga seperti
anak muda lainnya otomatis butuh duit , mengandalkan kiriman orang tuanya bagi
dia amat kurang ,maka ngamenpun jadi pelariannya , denga gitar dan harmonica
yang melilit lehernya maka dimulailah awal ngamen …
Dibilangan
dago ,Tanto yang beranjak dewasa kos sendirian, orang tuanya tinggal di
Jakarta, mulanya dia bingung ada beberapa pilihan apakah akan ngamen dari rumah
kerumah atau Restoran .jelang malam ia
kurang bisa tidur , untuk itu dia memutuskan untuk ngamen dari rumah kerumah ,
malam itu dengan kaos oblong dan sepatu butut dia memutuskan untuk mengamen ,
keesokkan harinya ia mulai menempatkan jalan Dago dengan penampilan yang unik
dia mengamen sambil menyembunyikan wajahnya dengan tempat kukusan nasi yang
diberi dua lubang untuk matanya, maka terdengarlah lagu lagu Bob Dylan idolanya
disamping lagu lagu ciptaanya , tak jarang uamg logam 10 perak, Rp 25, Rp 50,-
diterimanya satu hari dia sampai mendapatkan Rp 5000,- kadang Rp 2000,- hingga
Rp 300,- pernah ia terima , uang ngamen ini dia gunakan untuk jajan, dan beli
sepatu serta tali gitar hingga beli motor di masa itu , seminggu berlangsung
sang ayah memberi dukungannya diberikan gitar bermerk hingga sepatu yang pada
akhirnya Tanto tak malu lagi untuk mengamen .
Bakat
seni Tanto mengalir dari kedua orang tuanya
,kedua orang tuanya memang senang musik, ibundanya suka di foto,
sedangkan ayahnya suka melukis ,sewaktu kecil tanto sdah punya piano tapi
saying kadang dimainkan diwaktu yang tak tepat , seperti waktu waktu sholat
hingga orang tuanya kadang memarahi .
Harmonica
merk HERO adalah Harmonica pertama
yang diberikan neneknya Rainah , pada Tanto ,neneknya sering menyanyikan lagu Bengawan Solo dengan
harmonica sedang bisa memainkan Gitar akibat dari pergaulan sebayanya , setelah
meras bisa bermain gitar kegandrungannya pada gitar terus berlanjut .
Tidak
tau persis nama Fals disandang , Tanto sebutan sehari hari dirumah biasa ibunya
memanggil yang belakangan mulai dipanggil dengan nama lain “iwan” nama yang
didapat dari teman teman sepergaulannya , saat Tanto mulai diterima dengan lagu
lagu lucu ciptaannya dengan gitar bolong mulailah berceloteh hingga membuat
teman temannya tertawa mulai saat itu Tanto mulai merasa diterima oleh teman
temannya , ada beberapa versi panggilan Fals itu nyangkut di Iwan , menurut
Doel Sumbang rekan sesame musisi yang tinggal di Bandung , sewaktu era 70 an
mereka sempat sepanggung dalam satu penampilannya bersama itu penonton selalu
meneriakan iwan dengan “fals,fals,fals versi lain lagi nama iwan didapat dari
teman teman nongkronnya jika iwan bernyanyi selalu fales terdengar tapi menurut
Iwan sendiri nama fals didapat dari penampilannya di PONDOK KELAPA Bandung, teman temannya memanggil dengan nama Iwan
Fals , yang sebenarnya terjadi nama Iwan Fals
adalah salah satu expresi kerendahan hatinya ,lebih jauh nama Fals dia
bisa sembunyi , karena memang suaranya yang tak merdu dan jika jelek ga malu
malui. Nama Iwan Fals disandangnya sejak dia di SMP ,teman temannya mulai
menjuluki “Iwan Fals”.
Bhineka
Tunggal Ika mengalir dalam diri musisi satu ini , dari diri ibundanya ada darah
Solo , nenek Iwan Fals asli Sunda sedangkan buyutnya (ibunda dari neneknya
Iwan) adalah asli Bali , sedangkan Kakek Iwan orang Banjarmasin . Kakek Iwan dari Ibu , semasa hidupnya adalah
seorang Habib atau Kyai atau ulama terkemuka .ada orang bilang iwan keturunan
Arab yang konon kakeknya asal Banjarmasin , satu ketika iwan di salah satu
pesantren juga mengatakan dia ada keturunan Cina Surabaya marga Tan , ayah Iwan
,Haryoso asli Surabaya.
DARI NGAMEN KE REKAMAN
Karena
kegilaan pada musik , sekolah mulai enggak bener , bolos dan pindah sekolah
,selain ngamen yang menjadi jadi apa lagi mendapatkan uang dengan keringat
sendiri tentu merupakan kebahagiaan yang amat sangat, tawaran mengisi acara
perkawinan ,hajatan dan sunatan ,lagu lagu karyanyapun makin banyak dan
semangat ngamennya makin memuncak.
Satu
ketika ada orang dari Jakarta datang ke Bandung , nah waktu itu Iwan baru sadar
bahwa lagu lagunya sdah terkenal di Jakarta dalam artian lagu lagunya sdah
banyak dinyanyikan anak muda di Jakarta , sebelum orang itu pindah ke Bandung ,
kebetulan orang tersebut punya kenalan seorang produser .Iwan sdah pernah rekaman
lewat Radio 8 EH( yang sekarang sdah tidak siaran lagi) iwan buat lag uterus
diputar di Radio itu atas anjuran teman temannya Iwan pergi ke Jakarta , waktu
itu ia masih sekolah di SMAK BPK Bandung , demi membuat master dia rela menjual
motornya , Iwan ternyata ke Jakarta tak sendirian ia bersama Toto
Gunarto,Helmi,Bambang Bule atau yang tergabung dalam grup Amburadul
Nasib
baik belum berpihak, ternyata album perdananya bersama Amburadul enggak laku ,
namun mereka enggak putus asa terkadang mereka ikut festival juga terus ngamen
Dalam penampilan di TIM , Taman Ismail Marzuki pada Nopember 1979 diacara musik
Nostalgia the Beatles yang diisi oleh musisi musisi dari Bnadung , dengan
santai Iwan naik pentas dan membawakan lagu lagu ciptaannya hasilnya penonton
tetap terhenyak dan mendapatkan applause yang mengembirakan “rasain lu gua bikin surprise !” ledek Iwan dalam
hati sambil meninggalkan Pentas.
Tema
yang disodorkan Iwan masih lagu lagu kritik social hanya dibalut humor
,mengenai lagunya dia berkomentar” sebenarnya
saya bikin lagu tanpa niat lucu lucuan , susah saya menjawabnya kalau ditanya
soal ini ,pokoknya saya membuat lagu ngalir begitu saja , saya tulis liriknya
judul belakangan ,malah kadang kadang tanpa judul.Ambil gitar terus genjreng
genjreng .Begitu saja saya ini orangnya buta not balok..”
Lagi
lagi Iwan kembali kerumah pada tahun 1977 Iwan masuk SMA Negeri 26 tebet
Jakarta selatan ,itupun sekolahnya masih saja gab ere sampai Ibunya memindahkan
ke Jogya karta dan akhirnya Iwan tetap kembali ke Jakarta untuk menamatkan
sekolahnya . Disaat usia menginjak 17 tahun ga banyak yang berubah , karena
pergaulannya menjadi liar , menjadi kenal dengan obat obatan , megadon dan
madrax , bahkan Bk hingga nyimeng . dunia hitam ini dikenal iwan sejak
tahun 1976 ,melihat teman teman
sepergaulan seperti itu tentu mudah saja bagi iwan untuk terpengaruh ,
kebanyakan dilandasi unsure pertemanan rasa tidak enak sesame pergaulan , bagi
Iwan dia lakukan untuk menghormati teman-temannya.
Dalam
masa masa ketergantungan dengan obat, Iwan tetap kreatif berkarya bersama
grupnya Amburadul tahun 1979 mereka nekat rekaman hasilnya sebuah album
bertitel “PERJALANAN “ yang dikenal dengan album “Imitasi” mulanya
mereka menyodorkan album ini kesana kemari tetap ditolak produser walau kadang
nasib baik ,mereka mendapatkan bayaran 750 ribu rupiah , dengan dibagi rekan
rekannya masing masing 250 ribu rupiah tentu betapa senangnya Iwan Fals waktu
itu , karena Orientasi Iwan waktu itu hanya bagaimana menjadi orang terkenal
.walau nasib baik belum juga tiba bahwa album perdananya bersama grup Amburadul
nggak laku di pasaran mereka tetap tidak putus asa masih saja selalu ikut
festival dan membawakan karya karyanya..
Desember
1979, Iwan fals mewakili kota kembang Bandung dalam Lomba Musik Humor ’80 yang
diselenggarakan .LEMBAGA MUSIK HUMOR INDONESIA
, Taman Ismail Marzuki acara itu
digelar “ saya merasa besar di kota
Bandung jadi saya berhak mewakili Kota Bandung” katanya berapi api, seperti
biasa Iwan tampil dengan harmonica dan gitarnya , setelah acara usai nama iwan
fals disebutkan sebagai nama pemenang tetapi bukan pemenang 1,2 dan 3 ternyata
Iwan hanya mendapatkan Juara harapan atau pemenang solo, karena juara 1,2,dan 3
untuk grup , apa komentar juri ketika Iwan memenangkan lomba itu, “Iwan anak sableng ini, memang punya potensi
untuk berkelakar lewat musik” waktu itu Iwan membawakan lagu lagu antara
lain Imitasi II , Frustasi dan Obata wet muda , Frans Hariyadi adalah juri yang
menilai pada saat itu , penilaian juri waktu itu melodi dulu baru lirik dan
penampilan, Iwan menyindir siapa saja yang kurang mapan duduknya .